Minggu, 28 Maret 2010

BERHARAP GEBRAKAN KETUA NU BARU

BERHARAP GEBRAKAN KETUA NU BARU
Oleh : Moh. Safrudin
(Ketua Presidium Wilayah Majelis Alumni IPNU Sultra)
Kiranya semua bersyukur dan bergembira, NU baru saja berhasil menyelesaikan kegiatan besar, yaitu muktamar ke 32 di Makassar. Di akhir muktamar itu telah terpilih DR.KH.Sahal Mahfudz sebagai rais aam dan DR.KH.Said Agil Siradj sebagai ketua Tanfidz. Baik yang memilih ataupun yang semula tidak memilih, akhirnya menerima keduanya sebagai pimpinan NU. Pemilihan pimpinan adalah proses yang harus dilalui dalam organisasi. Setelah pilihan itu dilaksanakan dan dimenangkan oleh seseorang, maka semua pihak harus menerimanya. Itulah aturan main dalam berorganisasi, semuanya harus dilalui. Jika sebelum pemilihan itu ada perbedaan, maka setelahnya perbedaan itu harus dihentikan dan bahkan dilupakan.

Tatkala muktamar selesai dengan aman, program-program organisasi telah disusun, pengurus baru telah dipilih, dan semua telah berhasil dilalui, maka sebagaimana diajarkan oleh kitab suci, sikap yang harus dilakukan adalah bertasybih dengan mensyukuri keberhasilan itu dan beristighfar. Sedemikian indahnya ajaran Islam, setelah meraih kemenangan, -----dan semua menang dengan keberhasilan itu, maka dianjurkan segera mengingat Allah dengan bertasbih dan bersyukur, serta memohon ampunan dari Allah, beristighfar kiranya dalam proses-proses selama itu terdapat berbagai kekeliruan.

Saya yakin terhadap mereka yang terpilih tidak perlu diragukan lagi tentang kapasitas dan kapabilitasnya. Para tokoh itu sudah dikenal sedemikian luas tentang kealimannya, integritasnya terhadap organisasi dan agamanya. Beliau bukan orang baru di NU. Namanya sangat populer dan sudah lama menjadi kebanggaan umat. Oleh karena itu tidak salah jika kedua beliau dipercaya memimpin organisasi besar yang dicintai oleh umat ini.

Banyak sekali harapan umat terhadap pemimpin baru ini. Mereka mengharapkan agar NU semakin tampak keindahannya dalam berbagai aspek. NU diharapkan menjadi motor penggerak upaya meningkatkan keluhuran akhlak bangsa, melalui ketauladanan kehidupan para pemimpinnya dan pikiran-pikiran yang selalu dipandu oleh kitab suci, sejarah kehidupan rasul, dan para ulama’setelahnya. Peran-peran itulah yang pada saat ini sangat ditunggu-tunggu dan dibutuhkan oleh bangsa ini, yaitu ketauladanan yang mulia dan pikiran yang tidak sekedar cerdas tetapi juga benar.

Banyak orang berharap, dalam tataran yang sangat teknis, setelah muktamar yang sedemikian menggema, maka gema itu tidak segera padam. Gema itu diharapkan dibawa oleh seluruh muktamirin ke tempat asal mereka masing-masing. Gema itu mewujud dalam semangat untuk menghidupkan kembali semangat ber NU dan ber-Islam secara sempurna. Semangat NU adalah semangat untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kegiatan yang tidak perlu, apalagi merusak. Ialah ajakan untuk selalu hidup rukun, tolong menolong, dan penuh kedamaian.

Selain itu, orang berharap dan membayangkan, alangkah indahnya, jika sepulang dari muktamar, masjid-masjid yang diurus oleh NU dan juga lainnya menjadi lebih semarak. Jumlah jamaáhnya meningkat dan demikian pula kegiatan-kegiatan lainnya. Setiap masjid NU, setelah muktanar itu, tidak saja ramai di saat sholat jumát, tetapi juga pada setiap waktu sholat, setidak-tidaknya pada sholat maghrib, isya’, dan subuh. Tempat ibadah yang diurus dan dikelola oleh NU selalu tampak bersih, indah, dan ramai, menjadi tempat bertemu bagi masyarakat di sekitarnya. Anak-anak dank aum remaja mengaji di tempat ibadah itu. Demikian pula kegiatan-kegiatan kultural, seperti dibaán, tahlilan, shalawat, istighosah, dan lain-lain selalu mewarnai dan menyejukkan suasana kehidupan bersama sehari-hari. Nuansa NU dengan begitu menjadi semarak dan sejuk karena diwarnai oleh suasana keagamaan.

Begitu pula dalam pendidikan, ekonomi, dan sosial. NU dengan pemimpin baru,---- DR.KH.Sahal Mahfudz dan DR.KH.Said Agil Siradj akan menyerukan agar segera bersama-sama meningkatkan kualitas pendidikannya. Dengan tradisi kontribusi yang dimiliki oleh warga NU, maka semua diajak berkontribusi, memberikan apa saja yang bisa diberikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. NU memang tidak sebagaimana pemerintah, memiliki APBN. Pemerintah dengan APBN membagi-bagikan dana untuk membangun. NU tidak seperti itu. Pengurus Besar NU tidak memiliki dana yang cukup, karena tidak ada pajak yang masuk ke kantor NU. Oleh karena itu, dalam meningkatkan klualitas pendidikan, NU menempuh cara, yaitu menggerakkan anggota dan simpatisannya untuk meningkatkan besarnya kontrubusi itu. Memang, sejak dulu motivasi ber NU adalah ingin beramal atau berkontribusi sebagai wujud kecintaannya pada agamanya melalui organisasi ini.

Selain itu, setelah bermuktamar, juga mestinya semakin bersemangat untuk mengembangkan ekonomi. Pesan itu disampaikan, baik oleh Presiden dalam acara pembukaan maupun oleh para pembicara lainnya. Organisasi NU mulai tingkat ranting, cabang, maupun yang lebih tinggi secara bersama-sama memiliki kegiatan kongkrit untuk meningkatkan ekonomi umat. Ciri khas NU adalah selalu jamaáh, yaitu jamaáh sholat lima waktu, jamaáh dalam melakukan dzikir, bertahlil, beristighosah, dan tentu saja hal itu akan semakin indah jika diikuti juga berjamaáh dalam mengembangkan ekonomi. Warga NU tentu tidak tega atau sampai hati, jika mereka terlalu hidup berlebih di tengah-tengah saudaranya yang sangat berkekurangan. Islam mengajarkan agar sesama muslim saling bertolong menolong, mengeluarkan zakat, infaq, dan shodaqoh, atau lainnya. Dengan ber NU secara sungguh-sungguh maka kehidupan berjamaáh dalam berbagai hal yang baik selalu digalakkan dan apalagi setelah muktamar ini.

Melalui tulisan singkat dan sederhana ini, saya ingin mengucapkan selamat kepada DR.KH.Sahal Mahfudz dan DR.KH.Said Agil Siradj yang telah terpilih sebagai pucuk pimpinan NU. Semoga Kyai selalu mendapatkan limpahan rakhmat dan pertolongan dari Allah, sehingga berhasil mengemban amanah yang amat mulia ini sebaik-baiknya. Semoga ke depan NU semakin maju dan dicintai oleh semuanya, karena selalu mengedepankan amal saleh dan akhlak yang mulia. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar