KEPRIBADIAN RASULULLAH
MOH. SAFRUDIN
Bagi umat Islam pasti merasakan betapa keindahan akhlak Rasulullah, Muhammad saw. Keindahan itu sangat sulit dilukiskan. Disebutkan bahwa akhlak Rasulullah itu adalah al Qurán. Nabi Muhammad bagaikan al Qurán berjalan. Apa yang diucapkan, dipikirkan, dan yang berada di hati, dan dikerjakan oleh rasulullah adalah implementasi dari isi kitab suci.
Orang mengagumi keberhasilan Rasulullah dalam membangun bangsa Arab. Hanya dalam waktu yang sangat singkat, yaitu 23 tahun telah berhasil mengubah masyarakat itu. Kunci keberhasilan itu di antarnya, ialah oleh karena ia berbekalkan keindahan akhlaknya itu. Nabi Muhammad dikarunia oleh Allah sifat siddiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Keempat sifat ini secara sempurna ada pada diri rasulullah.
Apa saja yang dikatakan oleh Rasulullah selalu benar, itulah yang disebut dengan siddiq. Rasulullah selalu menunaikan apa saja yang dipercayakan kepadanya dengan benar, menyeluruh, dan sempurna. Itulah kemudian rasulullah disebut sebagai penjaga amanah yang sempurna. Rasulullah selalu menyampaikan apa saja yang datang dari Allah untuk kepentingan kehidupan umat manusia, dan Rasulullah adalah seorang yang cerdas atau fathonah.
Sifat-sifat itu berlaku universal, selalu relevan dengan tuntutan dan kebutuhan zaman. Kapan pun manusia membutuhkan orang yang pada dirinya memiliki sifa-sifat mulia itu. Seluruh bangsa dan umat manusia di muka bumi ini memerlukan pemimpin yang adil, jujur, bisa berkata yang berbuat secara sama. Orang seperti itulah yang dibutuhkan, kapan dan di manapun. Tetapi, ternyata manusia seperti itu sangat langka dan sulit didapatkan.
Bangsa Indonesia ini sudah lebih 65 tahun merdeka. Bercita-cita ingin menjadi negeri yang adil, makmur, sejahtera, bahagia lahir dan batin. Namun cita-cita itu belum kunjung datang, secara sempurna. Sebagian mungkin telah berhasil meraihnya, tetapi sebagiaa besar lainnya masih jauh dari harapan itu. Orang kemudian menyimpulkan, hal itu disebabkan karena selama ini belum medapatkan pemimpin yang ideal itu.
Satu contoh kecil dan sederhana, sebagai seorang pemimpin, Rasulullah selalu melakukan sholat berjamaáh di masjid dalam setiap waktu. Rasulullah sepanjang hidupnya tidak pernah, tidak memenuhi panggilan adzan. Contoh ini sederhana, tetapi yang sederhana inipun sedemikian sulit didapatkan dalam kehidupan sehari-hari. Padahal dengan selalu sholat berjamaáh, artinya telah membina hubungan baik terhadap dua pihak yang sama-sama penting, yaitu hubungan pada Allah dan sekaligus terhadap sesama manusia. Sholat berjamaáh adalah persemaian lahirya akhlak yang mulia itu. Namun sayangnya, persemaian itu tidak terawat dengan baik. Tidak banyak pemimpin yang peduli dan melakukan kebiasaan mulia itu.
Contoh kecil lainnya, Nabi berpesan kepada seseorang, jangan pernah berbohong. Pesan tersebut dirasa sederhana dan mudah dilaksanakan, sehingga orang yang dipesan merasa akan dengan mudah menunaikannya. Akan tetapi, justru di sini letak betapa beratnya menunaikan pesan itu. Bahkan bangsa kita ini sesunguhya sedang dilanda oleh krisis berupa terbatasnya orang yang bisa dipercaya, tidak terkecuali di kalangan pemimpinnya.
Kasus-kasus korupsi, kolusi, nepotisme, hingga terjadi hiruk pikuk bank century, Bank Indonesiaa, maupun perseteruan di antara beberapa instansi pemerintah selama ini, hanyalah karena awalnya adanya kebohongan itu. Penyakit suka berbohong sesungguhnya tidak ringan. Dalam sejarah, tidak banyak ditemui negara atau bangsa runtuh karena persoalan politik, ekonomi, hukum atau lainnya, tetapi justru yang menjadi penyebab utama keruntuhan sebuah bangsa, adalah karena kebohongan-kebohongan yang tidak bisa dicegah. Dalam sejarah bukti-bukti tentang hal itu sudah banyak. Kaum Ads dan Tsamut telah musnah, menurut tarekh, adalah karena dilanda oleh kebohongan-kebohongan itu.
Semogalah dengan datangnya bulan Maulud 1430 H ini, yaitu bulan kelahiran Rasulullah berhasil mengingatkan kepada kita semua tentang betapa pentingnya akhlak mulia yang seharusnya digunakan untuk membangun diri, keluarga, masyarakat, dan bangsa ini. Muhammad saw., berhasil membangun masyarakat yang sedemikian keras menjadi lembut, karena berbekalkan akhlak yang mulia itu. Ia seorang rasul yang selalu menjaga kebenaran, amanah, tabligh, dan fathonah. Andaikan sifat-sifat mulia itu berhasil kita warisi, apapun yang kita inginkan, insya Allah akan dapat diraih. Wallahu a’lam.
Rabu, 24 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar