Senin, 15 Februari 2010

KEJUJURAN SEKARANG MENJADI BARANG LANGKA

Umpama semua pejabat Bank itu jujur, maka tidak akan ada pekerjaan yang sedemikian sulit dan panjang menyelesaikan kasus-kasus penyimpangan. Bank Century tidak akan menjadi berita besar dan memakan waktu berbulan-bulan menyelesaikannya jika di lembaga keuangan dan pejabat yang terkait dengan itu jujur semua. Umpama pejabat bank itu jujur, maka juga tidak akan ada orang yang banyak memiliki uang itu, sampai masuk penjara. Umpama para pejabat di berbagai level itu telah dipercaya kejujurannya, maka DPR juga tidak perlu membentuk panitia khusus hak angket yang harus bersidang berlama-lama. Demikian pula, para aktivis tidak perlu berdemonstrasi, dengan penampilan dan mengeluarkan kata-kata semaunya.

Umpama kepolisian, kejaksanaan, kehakiman, DPR, pimpinan BUMN, dan semua pejabat pemerintah bersifat jujur semua, maka tidak perlu lahir Komisi Pemberantasan Korupsi. Selain itu, manakala kejujuran bisa dijaga, maka para pejabat akan berwibawa di mata rakyat. Bermilyard-milyard uang negara, yang seharusnya digunakan untuk membiayai proyek-proyek kepentingan rakyat menjadi terselamatkan. Umpama kejujuran itu bisa dijalankan oleh siapapun di negeri ini maka bangsa ini telah lama meraih kejayaannya.

Umpama para pejabat pemerintah setelah mengucapkan sumpah jabatan sesuai dengan agamanya masing-masing konsisten dengan sumpahnya itu, maka juga tidak akan terjadi saling curiga mencurigai, saling menduga-duga, membuat pengawasan yang ketat, yang semuanya itu sesungguhnya berbiaya mahal. Orang yang saling mencurigai di antara sesame tidak akan menjadikan hidupnya tenteram. Akibat lainnya, hubungan silaturrahmi menjadi kendor, dan akhirnya pekerjaan tidak bisa diselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Contoh kecil lainnya, tetapi cukup aktual, bahwa Ujian Nasional (UN) tidak akan memerlukan sekian banyak pengawas, termasuk harus melibatkan kalangan perguruan tinggi, jika pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan ujian itu dipercaya kejujurannya. Rasanya aneh, sebatas ujian nasional saja harus menggerakkan sedemikian banyak orang dengan biaya milyardan rupiah. Namun hal itu harus dilakukan, karena ditengarai bahwa di lembaga pelatihan orang jujur itu pun ternyata juga belum berhasil sepenuhnya ditegakkan kejujura. Sungguh sangat aneh, lembaga pendidikan pun masih harus dicurigai, karena ditengarai belum mampu menegakkan kejujuran.

Akan tetapi, memang begitulah keadaannya, di mana-mana masih banyak penyimpangan, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Undang-undang, peraturan, tata tertib, pedoman, himbauan masih diabaikan begitu saja. Banyak orang tidak jujur agar pekerjaannya dapat diselesaikan lebih mudah, cepat, beruntung besar, atau berhasil apa yang dimaui sekalipun tanpa syarat-syarat yang dianggap berat dan menyulitkan. Orang juga melakukan apa saja yang diinginkan agar mendapatkan sesuatu atau beruntung besar sekalipun harus melanggar etika kejujuran. Semua itu karena kejujuran belum bisa dimiliki oleh para pemimpin, pejabat, dan banyak orang lainnya.

Sebagai akibat minimnya kejujuran itu, maka betapa besar jumlah pemborosan yang harus dikorbankan oleh negara, baik berupa pikiran, tenaga, uang, dan kekayaan lainnya. Bermilyard-milyard dan bahkan triliyunan rupiah uang rakyat hilang percuma gara-gara pemegang amanah tidak jujur. Selain itu, berapa banyak para pejabat sebagai orang penting, terhormat, dan pilihan di antara sekian banyak lainnya, ternyata harus masuk penjara, karena tidak jujur itu. Itu semua menggambarkan dan sekaligus mengingatkan bahwa menjadi pintar adalah penting, tetapi kepintaran itu harus diikuti oleh kejujuran.

Tidak bisa dibayangkan berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk mendidik orang-orang hingga menjadi pintar, dan akhirnya dipilih dan diangkat menjadi pejabat tinggi itu. Orang-orang cerdas, pintar, dan unggul kemudian diangkat menjadi pejabat tinggi itu sesungguhnya adalah merupakan kekayaan bangsa ini. Mengantarkan orang menjadi cerdas, pintar dan unggul juga bukan pekerjaan mudah. Diperlukan pendidikan yang berkualitas dan guru yang hebat. Namun orang cerdas, pintar, dan unggul itu tidak akan bermakna apa-apa, jika yang bersangkutan tidak jujur. Pada saat sekarang ini bukti tentang hal itu sudah sekian banyak. Banyak orang disebut cerdas, pintar, dan unggul tetapi karena minus kejujuran, maka hanya menjadi bagaikan sampah, mereka dimasukkan ke penjara.

Kejujuran ternyata memang sangat mahal dan penting. Dengan kejujuran maka kerugian apapun bisa dihindari. Berteman dengan orang jujur akan menjadi tenang dan aman. Begitu pula, jika sebuah komunitas, kantor, organisasi, institusi dan bahkan negara, dipimpin orang jujur maka akan merasa aman dan tidak akan ada yang dirugikan. Namun sayangnya, kejujuran belum dijadikan tema besar sebagai sesuatu yang mendesak dan penting untuk diperjuangkan. Lembaga pendidikan pun pada kenyataannya baru mengedepankan betapa pentingnya kepintaran dan kecerdasan, belum terlalu memperhatikan betapa pentingnya aspek kejujuran lebih dikedepankan.

Contoh agung dan mulia yaitu Nabi Muhammad saw., sejak kecil dikenal sebagai orang yang amat jujur, dan sama sekali tidak pernah berbohong, hingga oleh semua anggota masyarakat lingkungannya, ia diberi gelar al- Amien. Melalui contoh itu, maka seharusnya kejujuran bagi siapapun, apalagi orang yang menduduki posisi pemimpin, harus dijadikan syarat utama. Artinya, siapapun tidak boleh menjadi pemimpin, jika tidak diketahui benar sebagai orang jujur. Begitu pula lembaga pendidikan tingkat apapun, mestinya tidak boleh meluluskan seseorang, jika yang bersangkutan belum berhasil menampakkan kejujurannya. Kejujuran,------- karena mahalnya itu, harus diletakkan pada posisi utama dan pertama. Wallau a’lam.

1 komentar:

  1. setuju... makanya aqidah yang perlu dibina sekarang

    BalasHapus