Pada setiap tahunnya jumlah jamaáh haji dari Indonesia, dibanding dari negara-negara lainnya termasuk yang terbesar. Karena itu, orang Indonesia di tranah suci sangat dikenal. Jika ada sedikit salah sangka, jamaáh Indonesia dikira sebagai orang Malaysia. Kekeliruan itu bisa dimengerti, karena memang antara orang Indonesia dan Malaysia sangat mirip.
Banyaknya jamaáh haji dari Indonesia, maka menjadikan para penaga toko di mall, pasar, atau pinggir jalan, untuk menawarkan dagangannya sekalipun terbatas dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Banyak pedagang Arab mampu menyapa orang Indonesia, dengan kata “apa kabar, ini murah”dan lain-lain. Pedagang Arab juga mengenal mata uang Indonesia, seperti sepuluh, seratus, seribu, dan seterusnya. Dengan begitu, bagi jamaáh Indonesia tidak terlalu sulit berkomunikasi tatkala berada di Makkah atau Madinah.
Sebagai hal mudah lainnya bagi jamaáh haji dari Indonesia bahwa baik di Makkah maupun di Madinah juga mudah menukarkan uang rupiah dengan real, yakni mata uang Saudi Arabia. Nilai tukar rupiah juga sama dengan jika menukarkan uang itu di Indonesia. Selain di Bank juga banyak tempat-tempat menukaran uang di sana. Hanya saja memang yang kadang dianggap aneh dan membingungkan bagi orang Arab, ada saja orang Indonesia yang belum bisa berbahasa Indonesia. Orang-orang yang dianggap aneh itu, adalah berasal dari pedesaan, yang sehari-hari menggunakan bahasa daerah.
Jumlah jamaáh haji dari Indenesia, jika tidak dibatasi kuotanya, setiap tahun selalu meningkat. Kabarnya, menurut catatan di Departemen Agama pada saat ini tidak kurang dari 800.000 orang yang antri. Dengan demikian, jika kuota haji dari Indonesia setiap tahunnya hanya sekitar 200.000 orang jamaáh, maka paling tidak untuk bisa berhaji sekalipun punya uang harus berantri setidak-tidaknya empat tahun dari waktu mereka mendaftar.
Melihat besarnya jumlah jamaáh tersebut menunjukkan bahwa semangat berhaji bagi bangsa Indonesia ini sedemikian besarnya. Lebih mengharukan lagi, bahwa mereka yang berhaji, bukan saja dari mereka yang berkelebihan uang, melainkan mereka selalu berusaha dengan cara menabung atau bahkan arisan agar bisa menunaikan rukun Islam yang ke lima ini. Sehingga, jamaáh haji tidak selalu disebut sebagai orang kaya, tetapi adalah orang yang memiliki tekat atau semangat menjalankan kewajiban itu. Menunaikan ibadah haji telah dijadikan sebagai cita-cita yang harus diraih dan diperjuangkan.
Atas dasar itulah maka berhasil menunaikan ibadah haji dianggap sebagai telah meraih sukses dalam hidup. Oleh karena itu berhaji merupakan kegembiraan yang luar biasa. Kegembiraan itu bukan saja dirasakan oleh yang bersangkutan, melainkan juga oleh keluarga, sanak pamili, atau kerabat, tetangga dan juga kenalan lainnya. Biasanya, untuk menyebut bahwa seseorang telah sukses hidupnya, selain dikatakan telah memiliki rumah, tanah, atau kekayaan lain, juga telah berhaji. Semakin sering berhaji, seseorang dianggap semakin sukses hidupnya.
Semangat berhaji, pada perkembangan terakhir ini tidak saja berasal dari kelompok masyarakat tertentu, melainkan merata di berbagai kalangan masyarakat. Para pejabat, mulai dari tingkat daerah hingga tingkat pusat bersemangat menunaikan ibadah haji. Demikian pula para pengusaha, karyawan, PNS, dan bahkan juga artis yang muslim bersemangat untuk menunaikan salah satu rukun Islam ini. Gejala yang sama juga dalam berumroh. Kita lihat, apalagi waktu-waktu tertentu, misalnya pada liburan atau di bulan puasa, jumlah jamaáh umroh, sebagaimana pendaftar haji, setiap tahun selalu meningkat.
Fenomena seperti ini tentu sangat menggembirakan, khususnya bagi kaum muslimin. Apapun niat atau motivasi mereka yang berumroh atau berhaji, kehadiran mereka ke tanah suci adalah sudah merupakan keindahan tersendiri. Tentang apakah ibadah mereka itu didasarkan atas niat yang benar dan ikhlas, sehingga diterima oleh Allah, tentu bukan merupakan wewenang sesama manusia dan oleh karena itu tidak memerlukan diskusi panjang-panjang. Keputusan itu ada pada Allah, kita berdoa saja semoga semua jamaáh haji tergolong mabrur. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar