Jumat, 11 Juni 2010

DEMAM PIALA DUNIA

oleh : Moh. safrudin
Apa sesungguhnya daya tarik sepakbola? Mengapa 22 pemain yang berebut bundaran berisi udara di sebidang lapangan mampu menyedot perhatian luar biasa umat manusia sejagat?


Rahasia apa di balik ketergila-gilaan orang kepada Piala Dunia, sehingga melakukan persiapan penyambutan layaknya sebuah religi yang bertaut dengan hidup dan masa depan manusia?

Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan kick-off baru 11 Juni 2010, tetapi "suasana" perhelatan yang disebut-sebut sebagai the greatest show on earth itu sudah berlangsung sejak beberapa bulan lalu. Hasilnya, kemeriahannya sudah terasa di Kampung Kalilangse, Kelurahan Gajahmungkur, Kecamatan Gajahmungkur Semarang.

Ya, Warga RT 7/RW 4 Kalilangse mendekorasi kampungnya dengan tema Piala Dunia. Hebatnya lagi, banyak kampung yang dilanda demam piala dunia seperti Kampung Kalilangse. Di mana-mana orang membiacarakan sepak bola. Bahkan keponakan penulis yang masih sekolah dasar begitu fasih membicarakan Ronaldo, Kaka, Torres, Lampard, Rooney, Drogba dan pemain-pemain bola lainnya. Ia bahkan hafal di luar kepala, siapa, bermain sebagai apa, di negara yang mana, beserta dengan semua gosipnya.

Kita di Indonesia, bukankah selalu rela menyisihkan waktu untuk menyuntuki pertandingan demi pertandingan, bahkan ketika Piala Dunia dilangsungkan di benua Afrika yang memaksakan penyesuaian waktu pada larut malam atau dini hari?

Bahwa Indonesia menjadi bagian dari "umat bola'', itu adalah fenomena global jika dikaitkan dengan rekor penonton Piala Dunia di televisi. Pesta bola adalah "jeda" atau "moratorium" rakyat Indonesia untuk melupakan tumpukan beban hidup dengan menyaksikan permainan ini.

Lalu bagaimana "keterlibatan'' bangsa Indonesia pada sebuah Piala Dunia? Jelas bukan keterlibatan karena ada wakil kita di sana. Juga bukan keterlibatan karena kualitas sepakbola nasional yang sudah layak dipersinggungkan dalam konteks rivalitas. Selalu ada yang ideal, yaitu imbauan untuk belajar, transfer of technology, dan semacamnya.

Sepak bola, menurut pendapat Richard D Mandell dalam Sport: A Cultural History, mendorong pencapaian dan prestasi berdasarkan prinsip-prinsip demokratis. Ada kesempatan berjuang semaksimal mungkin untuk mencapai prestasi terbaik bagi semua orang. Ada inspirasi kebebasan, moralitas, keindahan, dan keadilan. Orang bisa mengembangkan diri, meningkatkan kualitas untuk mencapai prestasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar