OLEH : MOH. SAFRUDIN
"(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali
orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. As-Syu'arâ’
[26]: 88-89).
”...dan demi jiwa serta (demi) penyempurnaan ciptaannya, maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan, sungguh beruntung
orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya.”
(QS. asy-Syams [91]: 1-10).
Mengapa Hati?
Hati berperan sebagai pengendali bagi seluruh gerak langkah manusia. Makanya
Rasulullah saw selalu mengingatkan agar memelihara hati dengan baik.
”Ketahuilah bahwa dalam jasad itu terdapat segumpal daging; jika daging
tersebut baik, maka seluruh tubuh pun akan menjadi baik. Sebaliknya, jika
daging tersebut rusak, maka seluruh tubuh ikut rusak.” (HR. Ibnu Majah; Shahih)
Melalui ayat di atas, Allah SWT menerangkan kepada kita bahwa hati yang bersih
dari rasa dengki dan berbagai penyakit hati merupakan faktor keselamatan dan
kebahagiaan di akhirat kelak.
Hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari berbagai penyakit, seperti
menyekutukan Allah, ragu, syubhat, sesat, munafik, dengki, sombong, takabbur,
keinginan-keinginan tidak baik dan lain sebagainya.
Menurut Ibnu Qayyim, sebagimana disebutkan dalam Dalam kitab Al-Jawab al-Kafi,
Ibnu, ”Hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari syirik, khianat, iri dan
dengki, sombong, kikir, takabbur, cinta dunia dan jabatan, dan terbebas dari
penyakit yang menjauhkannya dari Allah SWT, dari keraguan akan wahyu-Nya, dari
nafsu yang menentang perintah-Nya, dari keinginan yang membebani pikirannya,
dan terbebas dari faktor yang menjadikannya terputus dari Allah. Hati yang
bersih ini akan berada dalam surga dunia, surga di alam barzakh, dan surga pada
hari kembali (akhirat).”
Bahkan, dalam banyak hadits, Rasulullah saw menjelaskan, bahwa sucinya hati
dari berbagai penyakit, seperti sifat curang, iri dan dengki, takabbur, dan
sebagainya, merupakan penyebab terbesar masuk surga.
Anas bin Malik, salah seorang pemuka para sahabat menceritakan, bahwa sekali
waktu ia duduk dalam sebuah majlis bersama Rasulullah dan sahabat-sahabat
lainnya. Dalam pada itu, Rasulullah saw kemudian bersabda, ”Akan tampak (masuk)
kepada kalian orang (yang termasuk) dari ahli surga.” Tak lama kemudian,
masuklah seorang laki-laki dari kaum Anshar; air wudhunya menetes dari
janggutnya, dan menenteng sendalnya dengan tangan kirinya.
Besoknya, Rasulullah saw berkata dengan ucapan yang sama (sebentar lagi akan
masuk kepada kalian orang yang termasuk ahli surga). Lagi-lagi muncul
laki-laki itu dalam kondisi yang sama seperti kemarin (air wudhunya menetes
dari janggutnya, menenteng sandalnya dengan tangan kirinya).
Di hari ketiga, Rasulullah saw juga berkata demikian (sebentar lagi akan masuk
kepada kalian orang yang termasuk ahli surga). Ternyata, laki-laki itu yang
muncul kembali.
Maka, ketika Rasulullah saw telah pergi, Abdullah bin Amru bin ’Ash mengikuti
laki-laki itu. Amru berkata kepadanya, ”Aku sedang berseteru dengan ayahku. Aku
bersumpah tidak akan menemuinya selama tiga hari, aku berharap engkau bisa
menampungku sementara waktu.”
Laki-laki itu menjawab, ”Baiklah.”
Maka, ”Pada saat itu, Abdullah pun tinggal bersamanya selama tiga malam. Namun,
Amru tidsak pernah melihat laki-laki itu bangun shalat malam. Yang ditemukannya
jika laki-laki itu terbangun, dia hanya berdzikir dan bertakbir di atas tempat
tidurnya sampai datang waktu subuh.”
Abdullah menuturkan, ”Aku juga tidak pernah mendengar ucapan kecuali yang baik
darinya. Dan ketika tiba hari ketiga, hampir saja aku meremehkan amalannya. Aku
(Abdullah) pun bertanya padanya, ”Wahai hamba Allah, sebetulnya antara aku dan
ayahku tidak ada masalah apa-apa. Namun, aku pernah mendengar Rasulullah saw
bercerita tentang dirimu sampai tiga kali. Beliau saw berkata, ’Akan muncul
kepada kalian seorang dari ahli surga.’ Rasulullah saw mengucapkan hal itu
sebanyak tiga kali. Setiap kali beliau mengucapkannya, selama itu pula
engkaulah yang muncul, sebanyak tiga kali berturut-turut. Aku penasaran hingga
tinggal bersama engkau untuk mengetahui apa amalan yang engkau lakukan, dan aku
aka ikuti. Akan tetapi aku tidak pernah melihat amalan yang banyak dari dirimu.
Sebetulnya apa yang engkau lakukan sehingga Rasulullah saw berkata seperti itu?’
Laki-laki itu menjawab, ”Ya, seperti yang engkau lihat, itulah amal ibadahku.”
mendengar jawaban tersebut, Abdullah merasa tidak puas. Dia semakin penasaran.
Maka, Abdullah pun terus membujuknya, agar mau mengatakannya. Maka, laki-laki
itupun berkata, ”Tidak lain, saya tidak pernah memiliki perasaan curang kepada
seorang pun, saya tidak pernah merasa dengki kepada mereka atas nikmat yang
Allah berikan kepada mereka.”
Lalu Abdullah pun berkata, ”Inilah yang membuat engkau memperoleh hal itu
(surga), karena hal inilah yang paling sulit dilakukan.’” (HR. Ahmad dan Nasa’i
dari Anas bin Malik ra.)
Dalam hadits shahih yang lain menyatakan bahwa orang yang bersih dari rasa iri
dan dengki, selalu istiqamah dan konsisten dalam iman dan takwa, dialah orang
yang paling utama dan paling sempurna di sisi Allah.
Diriwayatkan dari Abdullah ibn ’Amr ra, ia berkata, ”Ada yang bertanya, ’Wahai
Rasulullah, siapa orang yang paling utama?’ Beliau menjawab, ’Setiap orang yang
hatinya bersih dan jujur.’ Mereka (sahabat) berkata, ’Orang jujur kami
mengerahuinya, tapi apa yang dimaksud dengan hati yang bersih?’ Rasulullah saw
menjawab, ’Yaitu bersih dan suci, tak ada dosa di dalamnya, tak ada perasaan
zalim, khianat dan dengki.” (HR. Ibnu Majah; shahih menurut Al-Mundziri dan
Al-Albani-dalam Shahih Al-Jami’).***
Sarana Menjaga Kesucian Hati dan Diri
1. Memantapkan Akidah (Tauhid)
Ini hal yang paling penting dalam melakukan Tazkiyatun Nufus, sebagaimana
dijelaskan oleh al-Qur'an; "Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang
menyekutukan-Nya, (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat (tauhid) dan
mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat.” (QS. Fushshilat: 6-7).
Ibnu Abbas menjelaskan makna zakat dalam ayat tersebut dengan makna tauhid
(Shafwatut Tafasir, Ali ash-Shabuni, jilid 3 hal 116). Yaitu mengikrarkan
syahadat lâ ilâha illallâh, sebab dengan mengikrarkan hal itu akan menyucikan
hati, karena kandungan kalimat tauhid tersebut adalah mengikis habis dan
mengosongkan dari lubuk hati kita segala bentuk tuhan yang bathil. Artinya
menyucikan hati kita dari segala kotoran syirik, lalu kita penuhi isi hati kita
dengan menetapkan Allah sebagai satu-satunya Dzat yang kita ibadahi dan yang
kita sembah. Kita menyucikan hati kita dengan menauhidkan Allah, dan inilah
dasar, pondasi, serta azaz penyucian jiwa. Tanpa tauhid seseorang tidak akan
bisa menyucikan jiwanya. Tauhid adalah suci, sedangkan syirik adalah kotoran
dan najis, dua hal yang kontradiktif yang mustahil bersatu.
Termasuk dalam hal ini adalah riya’. Karena riya merupakan syirik yang paling
ditakutkan menimpa manusia. Rasulullah saw bersabda, ”Sesungguhnya termasuk
yang paling aku takuti atas kalian adalah syirik kecil.” Sahabat bertanya, ”Apa
itu, wahai Rasulullah?”. Beliau saw menjawab, ”(Yaitu) riya.” (Hadits Shahih).
2. Menjaga Shalat
Shalat adalah realisasi tauhid yang paling utama, sebab shalat itu menyucikan
jiwa kita dari segala kotoran dosa dan maksiat. Rasulullah menjelaskan hal itu
dalam hadits berikut, "Bagaimana menurut kalian jikakalau sebuah sungai ada di
depan pintu rumah salah seorang di antara kalian (dan) dia mandi di situ 5 kali
dalam sehari, apakah menurut kalian masih ada kotoran yang menempel pada
tubuhnya?” Mereka menjawab, “Tentu tidak ada.” Lalu beliau bersabda, “Demikian
halnya dengan shalat yang lima waktu, yang dengannya Allah membersihkan
dosa-dosa yang diperbuat nya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Bersedekah
Allah berfirman, "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdo'alah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-Taubah [9]: 103).
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa bershadaqah membersihkan dan menyucikan dari
dosa-dosa mereka yang telah lalu.
4. Banyak Berdzikir
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim,
laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang
sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang
bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang
memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama)
Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”
(QS. Al-Ahzab [33]: 35)
Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang senantiasa memperbanyak istigfar, maka
Allah SWT berikan padanya kelapangan jika bersedih, jalan keluar dari masalah
yang dihadapinya, dan memberinya rezeki dari arah yang tak terduga. (HR. Abu
Daud)
5. Takwa dan Berkata yang Benar
Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada
Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu
amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati
Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang
besar.” (QS. Al-Ahzab [33]: 71)
6. Muhasabah.
Rasulullah bersabda, "Seorang yang cerdik adalah orang yang mengoreksi diri dan
beramal untuk menghadapi kematiannya." (HR.Ahmad).
Hasan Al-Bashri mengatakan, "Seorang mukmin adalah pemimpin atas dirinya
sendiri dan mengoreksi dirinya karena Allah.”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar