Isro’dan Mi’roj hanya dialami oleh Nabi Muhammad saw., sendiri. Selain utusan Allah ini tidak pernah dan akan mengalaminya. Namun jika peristiwa itu direnungkan secara mendalam, akan mendapatkan nilai-nilai kehidupan yang luar biasa, tidak terkecuali terkait dengan kepemimpinan.
Perjalanan isra’dan mi’raj dilakukan di malam hari, sehingga tidak diketahui oleh siapapun, baik tatkala menjelang berangkat, sedang di perjalanan, maupun ketika tiba. Baru sepulang dari perjalanan malam itu, Rasulullah mengkhabarkan kepada para sahabatnya. Kita tidak bisa bayangkan apa yang terjadi, misalnya jika perjalanan itu dilakukan di siang hari, apalagi sempat berpamitan, dan juga ketemu orang. Maka peristiwa itu tidak akan ada yang terasa aneh dan sakral.
Rupanya sesuatu yang aneh, sacral, dan menakjubkan itu selalu diperlukan bagi kehidupan masyarakat, ----kapan saja, termasuk di zaman Rasul. Hal yang aneh, sacral dan menakjubkan tersebut kemudian dijadikan perbincangan, wacana, atau discourse secara terus menerus. Ternyata sesuatu yang tidak mudah dicari jawabnya itu penting, sebagai penggerak masyarakat. Dengan wacana, discourse, atau isu yang tidak mudah dicari jawabnya itu ternyata menjadikan pikiran banyak orang tertantang.
Kejadian Isra’dan mi’raj merupakan kejadian yang memiliki nilai dan berjangkauan tinggi. Hal itu rupanya sengaja diciptakan oleh Allah, agar manusia tidak saja terbelenggu oleh persoalan-persoalan kecil, teknis, sederhana dan mudah dicari jawabnya, seperti misalnya hanya terkait masalah ekonomi, politik, ilmu, dan lain-lain.
Oleh karena itu, bagi orang yang mau memikirkan secara mendalam, isro’dan mi’roj memberikan inspirasi mendalam terhadap para pemimpin masyarakat, bahwa hendaknya mampu membuat wacara yang sulit dijangkau oleh mereka yang dipimpinnya. Dalam bahasa leadership, maka pemimpin harus sanggup membuat isu-isu strategis yang digunakan untuk menggerakkan banyak orang.
Pemimpin yang gagal merumuskan isu besar dan strategis, bisanya menjadikan para pengikutnya kebingungan. Mereka akan bertanya-tanya, akan dibawa kemana lembaganya. Jika hal itu terjadi maka artinya pemimpin lembaga tersebut telah gagal dalam kepemimpinanya. Pertanyaan semacam itu menggambarkan bahwa sang pemimpin tidak mampu merumuskan isu yang seharusnya dibuat.
Nabi Muhammad sebagai seorang rasul, yang bertugas memperbaiki masyarakat manusia sepanjang zaman, maka membutuhkan isu besar dan strategis yang mampu bertahan lama. Rupanya isu strategis itu di antaraya berupa isro’dan mi’roj, yang hingga kini tidak pernah berhenti didiskusikan, diperbincangkan, digali hikmahnya dari zaman ke zaman dan tidak pernah putus-putusnya.
Pada kenyataannya, memang banyak pemimpin yang tidak mampu merumuskan isu-isu besar dan strategis, hingga berhasil menggerakkan orang agar berpikir dan berbuat. Sementara pemimpin hanya mampu merumuskan isu yang sifatnya sederhana dan berjangka pendek, sehingga tidak melampaui cara berpikir mereka yang dipimpinnya. Sebagai akibatnya, pemimpin tersebut tidak diapresiasi dan tidak ada sesuatu yang menjadi sebab dikagumi darinya. Akibatnya ia tidak berwibawa, sehingga perintahnya tidak diikuti dan perilakunya tidak dijadikan referensi oleh para pengikutnya.
Sudah barang tentu, peristiwa isro’dan mi’roj bukan sebatas menjadi sumber inspirasi kepemimpinan masyarakat sebagaimana diuraikan di muka. Tetapi, isro’dan mi’roj semestinya juga ditangkap oleh para pemimpin pada tingkat dan jenis apapun, bahwa dalam menggerakkan mereka yang dipimpin selalu memerlukan isu-isu strategis yang tidak mudah terjangkau oleh mereka yang dipimpinnya.
Isu besar dan strategis dalam setiap kepemimpinan sangat penting untuk menggerakkan pikiran, daya nalar, perasaan bagi siapa saja yang sedang dipimpinnya. Selanjutnya, jika kita mau jujur sebenarnya bangsa ini juga sedang memerlukan isu besar dan strategis untuk menggerakkan warga negara secara keseluruhan. Isu besar dan strategis tersebut sementara ini, seolah-olah belum terpikirkan kegunaannya. Akibatnya, bangsa ini seakan-akan berjalan tanpa isu besar dan strategis, sehingga sehari-hari hanya sibuk dengan hal kekinian seperti pemberantasan korupsi, tabung gas elpiji, video porno, dan sejenisnya.
Semestinya para pemimpinan bangsa ini segera menciptakan isu strategis yang bersifat universal, bernilai dan berjangkauan tinggi, sehingga menjadi wacana, perbincangan discourse dan bahkan cita-cita bagi semuanya. Atas dasar wacana itu maka semua orang akan memperbincangkan, memikirkan, dan berusaha meraihnya. Oleh karena tidak ada isu yang luar biasa tersebut, maka banyak orang hanya terjebak pada persoalan sederhana dan teknis sebagaimana dikemukakan di muka.
Biasanya kehidupan yang tidak dituntun dan digerakkan oleh isu atau tema besar dan strategis, akan bagaikan orang hidup tanpa tujuan, orientasi atau cita-cita. Akibatnya hidup akan dirasakan menjadi terlalu lama. Dengan suasana seperti itu orang akan mencari pelarian untuk memuaskan diri. Bentuk pelarian itu macam-macam misalnya, menumpuk harta dengan cara korupsi. Isu atau tema besar dan strategis kapan dan di manapun selalu diperlukan. Maka dalam kepemimpinan selalu memerlukan isu besar dan strategis. Tuhan pun ternyata juga membuat isu besar, di antaranya berupa isra’mi’raj. Mestinya, bangsa ini juga mempunyainya, tetapi siapa yang harus membuat? Wallahu a’lam
Minggu, 11 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar