Rabu, 25 November 2009

PERSELISIHAN

Perselisihan

PDF

Cetak

E-mail


Sepintas berselisih itu jelek, tapi nyatanya dilakukan juga oleh orang baik-baik, termasuk oleh orang yang berpendidikan. Karena itu maka tidak semua perselisihan itu buruk. Perselisihan itu menjadi baik, karena dilakukan untuk mendapatkan kebaikan, ialah untuk atau demi keadilan. Sebaliknya perselisihan menjadi jelek, kalau hal itu hanya untuk mengalahkan atau mencelakakan pihak lawan.

Akhir-akhir ini, bangsa Indonesia disibukkan oleh peristiwa perselisihan. Tidak tanggung-tanggung, perselisihan itu terjadi antar instansi yang terhormat. Peristiwa itu tidak ada yang menarik, tetapi justru sebaliknya, memprihatinkan. Oleh karena itu maka banyak pihak yang harus ikut ambil bagian meredakan, termasuk Presiden. Kepala Negara kemudian sampai membentuk tim Pencari Fakta sebagai bahan untuk menyelesaikan persoalan itu.

Memang dirasa aneh, para pejabat tingi yang semestinya melerai perselisihan, tetapi justru berselisih sendiri. Umpama pihak-pihak yang terlibat kasus itu adalah rakyat atau orang biasa, maka para pejabat itulah yang menyelesaikan. Akan tetapi, karena yang sedang berkasus adalah orang besar, maka cara rakyat menyelesaikannya hanya melalui demo, komentar, dan atau berdoa agar perselisihan itu segera selesai.

Hal yang disayangkan, perselisihan itu dilakukan sebagaimana rakyat biasa melakukannya. Tidak terlaklu jelas apa maksudnya, mereka menggunakan tamsil lucu. Pertikaian itu diumpamakan antara cicak dan buaya. Perumpamaan itu baik-baik saja, agar lebih jelas siapa di antara mereka yang lagi berselisih. Tetapi disadari atau tidak, bisa jadi segera mendatangkan amarah. Tergambar dari perumpamaan itu, telah terjadi perselisihan yang tidak seimbang. Walaupun sesungguhnya juga seimbang. Artinya, tidak menutup kemungkinan pihak cicak justru akan menang. Karena ternyata di belakang cicak didukung oleh kekuatan yang dahsyat.

Mestinya perselisihan itu tidak perlu terjadi. Sebab semua pihak yang berada pada lembaga itu mengemban amanah yang mulia, yaitu sama-sama menegakkan kebenaran, keadilan, dan kejujuran. Kalau ada persoalan, semestinya segeralah saling berkonsultasi untuk memecahkan bersama. Mengikuti pentas pertikaian itu, saya menjadi teringat para orang tua dulu dalam setiap menghadapi persoalan pelik, apalagi terkait dengan kehormatan orang banyak.

Orang tua dulu jika sedang menghadapi persoalan pelik, misalnya terkait dengan kehidupan keluarga, maka untuk memecahkannya, mereka memilih waktu sepi, biasanya di tengah malam ketika banyak orang, apalagi anak-anak sudah tidur. Cara itu dipilih dengan maksud, selain agar pikiran mereka sedang jernih dan tidak banyak terganggu, juga agar tidak didengar banyak orang. Orang tua dulu selalu menjaga agar harmoni terpelihara.

Bagi orang tua dulu, ada hal-hal yang boleh dibicarakan secara terbuka dan sebaliknya, ada hal lain yang tidak sembarang orang boleh ikut mendengar, apalagi oleh anak-anak. Berbeda dengan itu, pada zaman demokrasi seperti sekarang ini, semua dianggap boleh terbuka. Bahkan sesuatu yang semestinya tidak patut diketahui orang pun, sekarang ini menjadi mudahnya didengar dan dilihat orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar