Rabu, 04 November 2009
POLIGAMI ITU INDAH DAN MENYENANGKAN
Dr. Gina Puspita mencarikan sendiri madu (istri kedua sampai keempat) untuk sang suami. Tapi tak mengaku tertindas. "Poligami itu enak dan perlu, " katanyaHidayatullah.com--Beberapa hari ini, wacana poligami kembali diulas media massa. Banyak yang setuju dan tak sedikit yang sinis. Di antara yang sinis, tentu saja para aktivis perempuan dan para pengagum feminisme. Koalisi Perempuan dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) penganut paham gender dan feminis pernah mengusulkan pelarangan praktik pernikahan ini. Alasannya, poligami melanggar hak-hak perempuan terkait “kekerasan” dalam rumah tangga. Benarkah?Kali ini www.hidayatullah.com mewawancarai Dr. Ing. Gina Puspita, DEA. Sebelum ramai pembicaraan tentang praktek poligami, istri pertama Dr. Abdurahman Riesdam Efendi ini boleh jadi di antara sekian Muslimah yang merasakan sendiri pengalaman "dimadu". Tak seperti tuduhan aktivis penganut gender –yang boleh jadi tak merasakan sendiri--, Gina tak mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Ia bahkan mencarikan sendiri calon-calon pendamping sang suaminya untuk yang kedua sampai keempat.Misalnya, tahun 1995, ia mencarikan sang suami, Abdurahman, calon istri kedua. Sang suami kemudian menikah lagi dengan Basyiroh Cut Mutia. Enam tahun kemudian, Gina mencarikan istri ketiga sang suami, yakni Siti Salwa asal Malaysia. Dan yang terakhir, menikah dengan Fatimah. Praktis Abdurahman memiliki empat orang istri.Jadi semua istri muda itu bukan pilihan sang suami, justru pilihan Gina alias sang istri pertama Abdurahman. Tak seperti dugaan aktivis perempuan selama ini, di mana poligami dianggap begitu rendah dan rawan konflik. Mereka berempat justru sangat rukun dan bahagia. Bahkan bekerja di kantor yang sama dan tinggal seatap, di Taman Rempoa Indah, Ciputat, Tangerang.Tak seperti tuduhan kaum feminis yang mengatakan pelaku poligami karena faktor ekonomi. Gina adalah seorang wanita terdidik. Bahkan lulusan sekolah Eropa. Ia merupakan wanita Indonesia pertama yang lulus kedirgantaraan di Ecole National Superieure de l'Aeronautique et de l'Espace (Ensae), di Toulouse, Prancis. Wanita kelahiran Bogor 8 September 1963 ini bahkan pernah menjadi Kepala Departemen Structure Optimization Divisi Riset & Development IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara).''Kalau suami sedang dengan istri yang lain, kami bertiga ngobrol-ngobrol di satu kamar,'' tutur Gina suatu hari. Bila berada di luar kota, mereka bertukar pesan lewat SMS. Pokoknya, akrab. ''Poligami yang didasarkan pada Allah SWT tidak akan menimbulkan masalah,'' ujarnya. "Bahkan enak dan perlu," tambahnya. Berikut wawancara dengan Dr Gina beberapa waktu lalu:Apa kabar Anda dan keluarga?Kami sekeluarga Alhamdulillah sehat. Semoga kesehatan yang dirahmati Allah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
klo memang perlu ya sebaiknya mencontoh rosul yang berpoligami...sebaiknya poligami itu bervisi kepada peningkatan kehormatan si perempuan. .bukan menjadikan poligami seperti jalan melegalisasi orientasi testoteron semata...
BalasHapusklo memang itu perintah tuhan dan mencontoh rosul.kualifikasi si perempuan adalah janda2 tua...biar terjaga kehormatan..
klo maslah kawin banyak.pereempuan dan semuanya perawan dan mulus,montok...nggak usah pakai.iman atau sunah....semua agama juga doyan
salam...
agung suko raharjo
http://www.patribumi.wordpress.com
http://www.uban77.wordpresss.com