Oleh : Moh. Safrudin, S.Ag, M.PdI
(Ketua Presidium Wilayah MajelisAlumni IPNU Sultra)
Sekalipun dalam sejarah, tidak ada seorang pun perempuan ditunjuk sebagai rasul, tetapi islam sedemikian tinggi memuliakan terhadap kaum perempuan. Kaum perempuan dalam Islam sangat dimuliakan. Dalam al Qurán di antara 114 surat, terdapat satu surat yang diberi nama surat an Nisa’’, yang artinya adalah perempuan.
Surat itu dalam al Qurán diletakkan setelah surat Ali Imran. Penempatan itu terasa sangat jelas, memberikan gambaran tentang kemuliaan dan posisi kaum perempuan. Nama Ali Imran dalam sejarah, dikenal sebagai prototype keluarga ideal. Melalui nama surat itu, dapat ditangkap bahwa Tuhan menunjukkan sebuah keluarga ideal, bernama keluarga Imran, yang seharusnya ditiru oleh siapapun tatkala akan membangun sebuah keluarga.
Penempatan Surat an Nisa’ setelah Surat Ali Imran, kiranya dapat dijadikan sebagai petunjuk atau inspirasi, bahwa kunci untuk membangun keluarga ideal adalah terletak pada kaum perempuan. Kaum perempuan dalam kehidupan keluarga selalu menempati posisi penentu. Baik atau buruknya keluarga, terletak pada kaum perempuannya.
Dalam sebuah hadits, tatkala ada seseorang menanyakan kepada Rasul, tentang siapakah orang yang seharusnya lebih dahulu harus dihormati, maka dijawab dengan singkat, ibumu. Pertanyaan itu diulang hingga tiga kali, tetapi jawabnya tetap sama, yaitu ibumu. Sampai setelah pertanyaan itu diulang hingga ke empat kalinya, baru jawabnya diubah yaitu, ayahmu.
Posisi strategis kaum perempuan dalam struktur keluarga diumpamakan sebagai sebuah madrasah atau sekolah. Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa, perempuan itu bagaikan madrasah atau sekolah. Jika madrasah atau sekolahnya baik, maka murid-muridnya akan baik. Selanjutnya jika murid-muridnya baik, maka lulusannya pun juga akan baik. Demikian pula sebuah keluarga, sekelompok masyarakat dan bahkan negara, jika kaum perempuannya berhasil menjaga kemuliaannya, maka keluarga, sekelompok masyarakat dan negara itu akan terangkat menjadi mulia.
Oleh karena itu hingga tatkala seorang laki-laki ingin menentukan calon isteri, diberikan kriteria yang seharusnya dipilih. Bahwa jika harus memilih dan masing-masing menyandang kelebihan, misalnya lebih dari aspek nasabnya, kecantikannya, harta kekayaan yang dimiliki, dan agamanya, maka Nabi memberikan petunjuk, agar mengutamakan di antara mereka yang memiliki kelebihan dari aspek agamanya. Wanita dianggap baik, jika agamanya baik. Wanita sholekhah akan menjadi simbol keindahan dalam kehidupan.
Kiranya tidak sulit diperoleh bukti-bukti kebenaran dari hadist nabi tersebut. Jika sebuah keluarga, wanitanya baik, maka anak-anaknya akan menjadi baik pula. Sebagai wanita yang baik ia akan mampu melakukan peran-peran pendidikan yang baik dan berkualitas terhadap anak-anaknya. Demikian pula, sebagai seorang wanita sholekhah akan memanage kehidupan keluarga, hingga bahkan suami pun tidak akan melakukan sesuatu yang menyimpang, karena pengaruh isterinya. Begitu pula sebaliknya, tidak sedikit bisa ditemui, keluarga menjadi berantakan disebabkan oleh kaum wanitanya.
Peran kaum perempuan sebagai penentu dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan bahkan negara, juga dapat dilihat dari kisah Fairáun dan Nabi Luth. Sedemikian kejam dan jahatnya Firáun, namun karena memiliki seorang isteri sholikhah bernama Asiyah, maka Musa pun bisa diselamatkan olehnya. Sebaliknya kisah Nabi Luth, oleh karena beristeri seorang perempuan yang tidak baik, maka sebagai akibatnya keluarga dan bahkan umatnya hancur hingga semuanya mendapatkan murka dari Allah.
Akhirnya, kesemarakan memperingati hari Kartini, mestinya dijadikan momentum untuk membangun kesadaran bersama, betapa stratagis dan mulia peranan kaum perempuan dalam membangun kehidupan, baik keluarga, masyarakat dan bahkan bangsa dan negara. Kaum perempuan di mana dan kapan pun menjadi kunci keberhasilan dalam membentuk keluarga ideal sebagai basis membangun masyarakat dan negara yang ideal pula. Wallahu a’lam.
Jumat, 23 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar