Rabu, 25 Agustus 2010

AURA BULAN SUCI RAMADHAN

OLEH : MOH. SAFRUDIN
Terasa benar, bulan puasa memiliki aura tersendiri. Memang, disebutan bahwa bulan puasa adalah bulan penuh berkah, rakhmat, dan maghfirah. Bagi yang memperhatikan, bulan puasa pada kenyataannya memang berbeda dari bulan-bulan lainnya.



Perbedaan antara bulan ramadhan dari bulan lain, mungkin tidak dapat dirasakan secara sama di berbagai tempat. Khusus di daerah-daerah yang kehidupan keagamaannya relative kurang subur, apalagi di tempat itu tidak terdapat kaum muslimin, tentu bulan puasa tidak terasa beda dari bulan-ulan lainnya. Bahkan, nama ramadhan atau puasa itu sendiri, bisa jadi tidak dikenal oleh masyarakat yang bersangkutan.



Hal itu berbeda dari daerah di mana kaum muslimin cukup banyak, bulan puasa terasa memiliki aura yang sangat jelas. Masjid-masjid menjadi lebih ramai dikunjungi oleh para jamaáh. Kegiatan kebersamaan, semisal berbuka puasa bersama dilaksanakan di mana-mana. Bacaan al Qurán terdengar dari berbagai masjid, mushalla dan bahkan juga rumah-rumah. Kegiatan santunan anak yatim lebih bergairah. Zakat, infaq dan shadaqah meningkat, dan seterusnya.



Umpama ghairah atau kesadaran beragama, ------sebagaimana pada bulan puasa, juga terjadi pada bulan-bulan lainnya sepanjang masa, maka sedemikian indah kehidupan ini. Di bulan puasa, pada saat shalat subuh, jamaáh meningkat. Rupanya, mereka setelah makan sahur, sabar menunggu adzan subuh, dan langsung datang ke masjid. Di bulan puasa jumlah jamaáh subuh meningkat tajam, lebih dari 200 %. Bahkan, jamaáh perempuan, peningkatannya lebih dari itu.



Setelah salat subuh, rupanya mereka melanjutkan kegiatan keagamaan, seperti tadarrus al Qurán baik di masjid, mushalla atau juga di rumah-rumah. Kita bisa mendengarkan suara bacaan al Qurán itu dari berbagai penjuru. Bagi orang-orang yang bisa menikmati bacaan kitab suci tersebut akan merasakan keteduhan hati yang luar biasa. Dengan demikian, Islam benar-benar menjadi sumber kekuatan kehidupan masyarakat.



Bulan puasa, ----dengan demikian, menjadi saat berjeda dari kehidupan sehari-hari, yang diliputi oleh kesibukan dalam berbagai hal yang melelahkan. Orang lelah dengan kemacetan di jalan raya, semakin sulit mencari pendapatan kehidupan, capek mengurus anak-anak yang semakin tidak jelas orientasinya, dan belum ditambah lagi dengan berita-berita yang melelahkan seperti korupsi, kolusi, nepotisme, kekerasan, konflik, berbagai mafia dan seterusnya. Bulan puasa menjadi bulan jeda, dari hiruk pikuk kehidupan yang melelahkan itu.



Oleh karena itu maka pantas, jika Rasulullah sendiri juga memberikan statemen, bahwa andaikan manusia tahu kekuatan bulan puasa, maka mereka akan berharap agar semua bulan dijadikan oleh Allah swt., sebagai bulan puasa. Pada bulan puasa kebaikan meningkat, dan sebaliknya keburukan menurun.



Bulan puasa memiliki aura tersendiri sehingga berbeda dari bulan-bulan lainnya. Pada bulan puasa, diturunkan pertama kali ayat al Qurán. Selain itu, pada bulan puasa terdapat apa yang disebut dengan lailatul qadr, yaitu suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Di bulan puasa, setan pun menghentikan aktivitasnya. Sebaliknya, para malaikat bersama orang-orang shaleh yang dicintai oleh Allah meningkatkan doa dan kebaikannya. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar