Kamis, 19 Agustus 2010

PUASA, MUJAHADAH DAN PAHALA

OLEH : MOH.SAFRUDIN
Ramadhan selalu saja memberikan suasana yang berbeda apabila dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Waktu dan saat-saatnya memang unik dan demikian spesial di dalam dada-dada kaum muslimin yang menunaikannya, berupa shaum dan ibadah-ibadah lainnya.

Di awal-awal Ramadhan ini, Allah kembali memberikan kesempatan emas bagi hidup kita sesuai dengan usia yang telah kita lewati sepanjang sejarah kita. Peluang itu memang mahal dan begitu utama di mata Allah swt. Banyak sekali keutamaan yang tiada batas dari Allah swt. Sehingga wajar jika Allah mengkhususkan pahala shaum ini dengan ungkapan bahasa "Wa anaa ajzii bihi" (dan Aku yang akan membalas puasa itu). Berapa kadarnya? Wallahu a'lam. Karena memang ibadah ini mencakup semua keadaan pada diri seorang mukmin. Diamnya dinilai zikir dan bicaranya dinilai ibadah. Bagi mereka yang benar-benar ingin mendapatkan nilai pahala yang besar, hendaknya benar-benar memanfaatkan momentum yang hanya sebentar ini. Tapi, kaya akan pahala di sisi Allah swt.

Puasa, memang bukan hal yang asing bagi kita selaku umat muslim. Namun yang perlu diperhatikan adalah cara menggapai semua janji-janji agung dari Allah swt yang terdapat di dalamnya. Jangan sampai kita kehilangan kesempatan ini, hanya karena disibukkan dan dilalaikan dengan pekerjaan dunia kita sehari-hari. Merugilah orang yang sibuk dengan dunia yang mengakibatkan terlalaikannya ibadah-ibadah di bulan Ramadhan itu.

Kita tahu bahwa kategori umat Islam dalam melaksanakan ibadah puasa ini terbagi menjadi beberapa kelompok:

Kelompok puasa awam. Yakni puasanya orang-orang awam secara keseluruhan, di mana bagi mereka shaum Ramadhan itu hanya sekedar menahan lapar dan dahaga saja. Tidak lebih dari itu. Sehingga bisa kita saksikan tidak banyak ibadah-ibadah lainnya yang ia kerjakan selain yang fardhu-fardhu saja.

Kelompok puasa khusus. Yakni, puasanya orang-orang yang beriman yang selain mengendalikan aktifitas makan, minum dan berhubungan suami-istri, juga mengendalikan anggota tubuh lainnya dari perbuatan dosa. Selain itu mereka juga menambah ibadah-ibadah itu mereka dengan tilawah al-Qur'an sebanyak mungkin. Bahkan khatam berkali-kali untuk mengikuti sunnah Rasulullah saw. Selain itu, mereka mengamalkan sunnah-sunnah Ramadhan seperti ifthor shoim (memberi buka orang berpuasa saat menjelang maghrib tiba), shodaqoh jariyah, infak, zakat dan lain-lain.

Kelompok puasa khusus bil khusus. Kelompok ini berada di atas dua tingkatan sebelumnya. Inilah puasanya orang-orang shaleh terdahulu, para nabi dan rasul. Puasanya mereka sama sekali tidak memikirkan makanan dan minuman. Malah hatinya pun tidak terdetik untuk memikirkan ifthor nanti pakai lauk apa dan lain sebagainya. Dengan ketakwaannya yang tinggi, hati mereka juga ikut puasa dari hal-hal kecil yang bisa melalaikan mereka dari zikrullah dan meraih fadhilah puasa.

Saudaraku..Mari kita tunaikan 'hadiah' ibadah dari Allah ini dengan melakukan berbagai ketaatan secara maksimal. Dengan kata lain, tidak ada puasa dan meraih pahala, kecuali dengan melakukan mujahadah (bersungguh-sungguh) di tengah-tengah kesibukan kita mencari nafkah dan bermasyarakat. Mujahadah mengejar fadhilah-fadhilah yang Allah sediakan.

Seperti misalnya memburu lailatul qodr. Rasulullah saw:
"تحروا ليلة القدر فى العشر الأواخر"

"Burulah malam kemuliaan di sepuluh terakhir Ramadhan."(HR. Muslim)

Redaksi hadits ini menggunakan bahasa 'carilah' atau 'burulah' malam lailatul qodri. Ia mengisyaratkan kepada kita untuk sigap dan bermujahadah secara all out. Sebagaimana yang dilakukan oleh istri-istri nabi ketika mereka i'tikaf di masjid dengan mengikat bagian tubuh mereka agar tetap kuat berdiri dalam shalatnya.

Demikian pula dengan hadits:
من قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
"Barangsiapa yang menegakkan shalat di malam Ramadhan dengan landasan iman dan mengharap pahala maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu."(al-hadits)

Begitu pula dengan suri teladan dari Rasulullah saw yang setiap malam mengaji dan mengkaji al-Qur'an bersama malaikat Jibril alaihissalam. Itu semua memberikan isyarat bahwa ibadah di bulan Ramadhan ini harus dilakukan dengan penuh mujahadah, walaupun mungkin fisik kita kurang memungkinkan. Kalau ganjaran yang Allah berikan tidaklah tanggung-tanggung, yakni surga, maka sudah sepantasnya lah kita mengoptimalkan semua potensi yang kita miliki untuk meraihnya.

Dengan mengerti bahwa pahala, ampunan dosa dan rahmat tidak bisa diperoleh melainkan dengan kerja keras dan sungguh-sungguh dalam melakukannya, maka Insya Allah janji yang telah Allah sediakan untuk kita, tidak akan lama lagi kita peroleh di penghujung Ramadhan nanti. Dan Allah tidak akan mengingkari janji-Nya.

Wallahu a'lam bish-showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar