Memimpin orang lain biasanya sulit dilakukan, oleh karena itu tidak semua orang berhasil melakukannya. Akan tetapi memimpin diri sendiri, ternyata jauh lebih sulit dari memipin orang lain. Seseorang bisa saja menjadi lurah, camat, bupati, wali kota, gubernur, dan bahkan juga menjadi menteri. Artinya, ia bisa memimpin orang lain dan bahkan masyarakat luas. Akan tetapi belum tentu yang bersangkutan berhasil memimpin dirinya sendiri.
Orang bisa saja melarang orang lain berbicara tidak baik yang menyebabkan orang lain tersinggung dan marah. Akan tetapi dia belum tentu berhasil menahan nafsunya, sehingga tatkala menghadapi persoalan dengan orang lain, ternyata terlontar ucapan yang menyinggung perasaan dan orang lain menjadi marah.
Seorang suami bisa saja memimpin isteri dan anak-anaknya agar selalu berbuat baik, dermawan, sabar, ikhlas dan istiqomah. Akan tetapi belum tentu nilai-nilai luhur itu bisa diterapkan oleh dirinya sendiri. Seseorang ternyata hanya berhasil mempengaruhi orang lain, semisal keluarganya itu, akan tetapi belum tentu berhasil tatkala harus mengendalikan dirinya sendiri.
Memimpin diri sendiri ternyata lebih sulit daripada memimpin orang lain. Seseorang pemimpin bisa mengingatkan anak buahnya agar bertindak jujur, terbuka, disiplin, apalagi tatkala mengurus uang negara atau uang perusahaan. Tetapi ternyata, dia sendiri belum tentu lulus menjalankan nilai-nilai yang diajarkan kepada anak buahnya itu.
Para koruptor mengambil uang berjuta-juta atau bahkan milyaran rupiah. Mereka melakukan kecurangan seperti itu bukan karena tidak mengerti bahwa korupsi itu adalah jelek atau buruk dan dilarang oleh Negara. Mereka juga tahu bahwa akibat dari perilaku korupnya itu, ----jika tertangkap, akan mendapatkan hukuman berat. Mereka juga tahu bahwa resiko korupsi sedemikian berat. Tatkala yang bersangkutan harus masuk penjara, maka semua anak, isteri, saudara-saudaranya dan bahkan juga kenalannya akan malu dan sedih. Akan tetapi ternyata, masih ia lakukan juga.
Mereka berbuat korup seperti itu, lantaran tidak bisa memimpin dirinya sendiri. Ia berhasil melarang atau mengatakan “jangan” terhadap orang lain, tetapi gagal mengatakan hal serupa kepada dirinya sendiri. Artinya, ternyata melarang berbuat buruk pada diri sendiri, ternyata lebih berat dan sulit daripada melarang pada orang lain.
Puasa sebenarnya mengandung makna berlatih. Ibadah puasa ini yang tahu, hanyalah dirinya sendiri dan Tuhan. Apakah seseorang puasa atau tidak, atau sekedar pura-pura berpuasa, maka orang lain tidak ada yang tahu. Sebab betapa mudahnya, seseorang mengatakan berpuasa, padahal sesungguhnya hanya berpura-pura puasa. Oleh karena itulah maka, tatkala orang sedang berpuasa, yang bersangkutan sedang belajar memimpin dirinya sendiri. Jika lulus, maka akan disebut sebagai telah mendapatkan kemenangan, yaitu berhasil memimpin dirinya sendiri. Wallahu a’lam.
Minggu, 15 Agustus 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar