Senin, 21 Desember 2009

MULIAKAN KAUM IBU

OLEH: MOH. SAFRUDIN
Hari ini, tanggal 22 Desember, dikenal sebagai hari ibu. Rasanya memang tepat, kaum ibu mendapatkan perhatian secara khusus oleh semuanya saja. Ibu harus dihormati dan diposisikan pada tempat yang mulia. Agama juga mengajarkan hal yang demikian itu. Sampai ada hadits nabi, yang mengatakan bahwa sorga berada di bawah telapak kaki ibu.

Sedemikian penting posisi ibu atau kaum wanita, sampai al Qurán menggunakan kata an-Nisa’ sebagai nama salah satu surat dalam al Qurán. Surat dalam al Qurán yang cukup panjang itu diletakkan setelah surat Ali Imran. Keluarga Imran di dalam kisahnya digambarkan sebagai keluarga yang ideal.

Posisi surat an-nisa’, yang diletakkan setelah surat Ali Imran, membawa pikiran saya pada sebuah pemahaman bahwa kunci daripada kehidupan ideal, adalah justru tergantung dari para kaum ibu. Jika suatu keluarga terdapat ibu yang sholekhah, maka keluarga itu akan menjadi ideal. Demikian pula, bangsa atau Negara, akan menjadi ideal manakala kaum ibu, perempuan, dan atau wanitanya terdiri atas wanita-wanita yang sholekhah. Dan begitu juga, tentu sebaliknya.

Saya lebih mantap lagi dengan pikiran tersebut, tatkala mengingat hadits nabi yang mengatakan bahwa wanita itu bagaikan madrasah, atau sekolah. Jika sekolahnya baik, maka murid-muridnya akan baik. Dan jika murid-muridnya baik, maka lulusannya pun juga akan menjadi baik. Demikian strategis posisi wanita, sehingga diumpamakan sebagai sebuah sekolah. Artinya, posisi wanita di tengah-tengah keluarga, masyarakat, dan bahkan bangsa dan negara selalu menjadi penentu bagi semuanya.

Posisi mulia dari kaum ibu juga digambarkan dalam hadits yang lain. Tatkala seseorang datang kepada nabi, dan menanyakan tentang siapa yang seharusnya lebih utama dihormati atau dimuliakan, maka secara spontan dijawab oleh nabi, ialah ibumu. Pertanyaan itu diulang hingga tiga kali, tetapi dijawab oleh nabi dengan jawaban yang sama. Baru setelah diulang yang ke empat kalinya, maka jawaban itu berubah, yaitu ayahmu. Posisi ayah, berdasarkan hadits ini ternyata jauh di belakang dari posisi ibu tentang kemuliaannya.

Posisi strategis ibu atau kaum wanita juga bisa dilihat dari dua kisah yang berbeda sebagai berikut. Firáun dikenal sebagai orang yang paling sombong dan bahkan, kisah tentang kekejamannya itu diabadikan dalam al Qurán. Apa saja dilakukan olehnya, sekalipun mencelakakan orang lain. Akan tetapi, karena Firáun memiliki isteri yang baik akhlaknya, maka sejahat Firáun pun, Nabi Musa masih selamat dari keganasannya itu.

Sebaliknya, adalah Nabi Luth. Dalam sejarahnya, seorang rasul yang sholeh ini, karena memiliki isteri yang buruk akhlaknya, maka maka tidak saja keluarganya yang jatuh rusak, dan bahkan ummatnya sekalipun menjadi durhaka. Sampai-sampai Tuhan pun memberikan hukuman yang amat berat terhadap kaum nabi Luth.

Ajaran Rasulullah, Muhammad saw., dan juga dua kisah tersebut di muka menggambarkan betapa sesungguhnya peran strategis kaum ibu. Mereka ternyata menjadi kunci atau penentu baik dan atau buruknya sebuah keluarga, masyarakat, dan bahkan suatu bangsa. Semoga pada hari ibu ini, kita bisa memuliakannya. Hadits nabi yang sangat popular juga mengatakan bahwa, sebaik-baik suami adalah suami yang bisa menghormati dan memuliakan isterinya. Selamat hari ibu, dan semoga para ibu selalu memahami bahwa posisinya sedemikian strategis itu. Wallahu a’lam.
Di tulis Oleh Moh. Safrudin, S.Ag,M.PdI adalah, Staf pengajar MAN 1 Kendari Dosen STIK Avicenna Kendari, Ketua Presidum Wilyah Majelis Alumni IPNU sultra, peneliti sangia institute Sulawesi Tenggara. Moh.safrudin@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar